Wakil Ketua II DPRD Lutim Ajak Generasi “Digital Native” Tidak Alergi Politik. Mari Ikut Berpolitik.

  • Bagikan

Sosialisasi Pendidikan Politik yang digelar Kesbangpol Kabupaten Luwu Timur mendapat perhatian besar dari kalangan muda, khususnya generasi Z, Senin, 1 Desember 2025.

Kegiatan dengan tema “Demokrasi dan Partisipasi Masyarakat Membantu Masa Depan Luwu Timur yang Lebih Maju dan Sejahtera” itu menghadirkan Wakil Ketua II DPRD Luwu Timur, Hj. Harisa Suharjo, sebagai salah satu pemateri.

Dalam penyampaiannya, Harisa secara khusus menyoroti peran generasi muda dalam menentukan arah demokrasi di masa depan. Ia menilai, generasi Z memiliki potensi besar karena mereka tumbuh di era digital yang serba cepat, kritis, dan terbuka terhadap perubahan.

“Saya lihat banyak anak-anak Gen Z hadir di ruangan ini. Kalian bukan lagi penonton dalam demokrasi. Suatu hari, kalian bisa jadi pemilih, bahkan bisa menjadi pemimpin,” ujarnya.

Gen Z Disebut Kunci Masa Depan Politik Daerah

Harisa menegaskan bahwa partisipasi generasi Z akan menentukan wajah demokrasi Luwu Timur ke depan.

Menurutnya, politik bukan hanya urusan pemilu lima tahunan, tetapi ruang untuk berkarya, memberi kontribusi, dan mengubah keadaan.

“Jangan alergi dengan politik. Politik itu bukan sesuatu yang menakutkan. Justru melalui politik kita bisa berbuat jauh lebih banyak untuk daerah yang kita cintai ini,” katanya.

Ia mencontohkan dirinya yang memulai perjalanan melalui proses pemilihan sebagai salah satu bentuk partisipasi politik yang nyata.

Era Digital Membuka Akses, Tapi Tantangan Hoaks Mengintai

Harisa mengingatkan generasi Z bahwa akses informasi hari ini terbuka luas. Namun, ia mengajak para peserta untuk bijak dalam menggunakan media digital.

“Digital itu ada di genggaman kita 24 jam. Tapi jangan mudah percaya pada hoaks. Banyak yang hanya meng-copy-paste lalu memicu emosi. Ini harus kita hindari,” tegasnya.

Dalam paparannya, Harisa menyampaikan tiga bentuk partisipasi masyarakat yang bisa dilakukan, terutama oleh generasi muda:

  1. Partisipasi politik formal, seperti memilih dalam pemilu, menjadi anggota partai, hingga mencalonkan diri.
  2. Partisipasi sosial, melalui organisasi kampus, komunitas pemuda, dan lembaga kepemudaan lainnya.
  3. Partisipasi pengawasan, yaitu mengawal kebijakan pemerintah agar tetap relevan dan berpihak pada masyarakat.

“Mulai dari organisasi paling kecil sekalipun, kalian sudah terlibat dalam proses demokrasi. Itu kontribusi nyata,” jelasnya.

Harisa menegaskan bahwa generasi muda tidak boleh sekadar menjadi objek politik, tetapi harus berani menjadi pelaku dan pengambil keputusan.

“Jangan hanya menjadi objek pemilih. Masa depan Luwu Timur ada di tangan kalian. Suatu hari, saya berharap ada di antara kalian yang duduk di kursi legislatif, bahkan menjadi kepala daerah,” ucapnya.

Mengakhiri penyampaian materinya, Harisa menekankan bahwa partisipasi masyarakat, terutama generasi muda, akan menentukan kualitas demokrasi.

“Demokrasi tidak bisa berjalan tanpa kehadiran rakyat. Partisipasi adalah penentu utama apakah demokrasi benar-benar hidup atau hanya sekadar slogan,” tutup Harisa. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *